Pages

Subscribe:

Minggu, 25 Januari 2015

HATI, SANG DETOKSIFIKATOR



Di dalam setiap kehidupan pasti ada penjaga yang akan menjaga kelangsungan fungsi kehidupan. Demikian juga, dalam tubuh manusia ada sebuah organ yang sangat vital, dimana tanpa organ tersebut, maka tidak akan ada kehidupan. Bila organ tersebut rusak, maka rusaklah semua tubuhnya. Dan bila organ tersebut baik, maka akan baiklah semua tubuhnya.
Organ tersebut adalah hati. Ya, hati,  yang dalam bahasa kedokteran (yunani) disebut hepar, dalam bahasa inggris disebut liver, dalam bahasa arab كبد, merupakan sebuah organ tunggal. Terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma, (suatu sekat batas antara perut dan dada). Normalnya bila disentuh akan teraba halus dan kenyal.

Fungsinya tidak tergantikan.

Sebagai salah satu organ penting dalam tubuh, hati mempunyai fungsi yang sangat banyak.

Sebagai produsen empedu, hati memproduksi empedu yang sebanyak ½ liter setiap hari. Empedu mengandung kolesterol, garam mineral, garam empedu, pigmen (zat warna) bilirubin, dan biliverdin. Empedu yang dihasilkan ini berguna untuk mencerna lemak, mengaktifkan enzim lipase, membantu menyerap zat lemak dalam usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air. Apabila saluran empedu di hati tersumbat, empedu akan masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi kekuningan. Karena cairan empedu berwarna kuning, maka orang tadi dikatakan menderita penyakit kuning.

Hati juga memproduksi zat penting lainnnya yang sangat dibutuhkan tubuh, sepertisebagian besar asam amino, faktor koagulasi (pembekuan darah) I, II, V, VII, IX, X, XI dimana kalau factor ini kurang maka darah akan sulit membeku, protein C, protein S dan anti-trombin, kalsidiol, lemak trigliserida dan kolesterol, juga memproduksi insulin-like growth factor 1 (IGF-1), sebuah protein polipeptida yang berperan penting dalam pertumbuhan tubuh dalam masa kanak-kanak hingga dewasa, memproduksi enzim arginase yang mengubah arginina menjadi ornitina dan urea, dimana Ornitina dapat membuang racun yang masuk ke tubuh.

Jumlah darah yang beredar dalam tubuh juga dikendalikan oleh hati, melalui trombopoietin, sebuah hormon glikoprotein yang mengendalikan produksi keping darah oleh sumsum tulang belakang. Pada tiga bulan pertama pertumbuhan janin, hati merupakan organ utama yang memproduksi sel darah merah, sebelum akhirnya produksi sel darah merah diambil alih oleh sumsum tulang belakang.

Hati juga berperan dalam mengatur tekanan darah seseorang melalui produksi angiotensinogen, yaitu sebuah hormon yang berperan untuk meningkatkan tekanan darah ketika diaktivasi oleh renin, sebuah enzim yang dihasilkan oleh ginjal saat tekanan darah menurun.

Selain itu, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi (alat pengeluaran sampah tubuh). Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.

Fungsi penting hati lainnya adalah sebagai pembunuh penyakit. Pada jaringan hati, terdapat sel-sel Kupfer, yang sangat penting dalam mengeliminasi dan mengusir  penyakit dan organisme asing yang masuk ke tubuh seperti bakteri dan virus. Ini menyebabkan kuman dan virus yang masuk ke tubuh akan mati.

Yang tidak kalah pentingnya adalah hati akan memberikan kekebalan tubuh. Dalam hati banyak terdapat sel imunologis (sel kekebalan) pada sistem retikuendotelial yang berfungsi memberikan kekebalan tubuh, sehingga tubuh tidak bisa diserang atau dimasuki antigen (penyakit).

Sebagai Pengatur semua fungsi tubuh, maka hati akan memecah dan mengolah karbihidrat, llemak dan protein. Sehingga karbohidrta, lemak dan protein tersebut bisa dimanfaatkan oleh tubuh. Hati juga merupakan tempat cadangan gula, vitamin A (cadangan 1–2 tahun), vitamin D (cadangan 1–4 bulan), vitamin B12 (cadangan 1-3 tahun), zat besi, zat tembaga.

Hati juga akan menghancurkan sel sel darah yang sudah mati-rusak. Hemoglobin yang terkandung  dalam sel darah akan dipecah menjadi zat besi, globin, dan heme. Zat besi dan globin didaur ulang, sedangkan heme dirombak menjadi metabolit (sampah) untuk dibuang bersama cairan empedu sebagai bilirubin dan biliverdin yang berwarna hijau kebiruan. Di dalam usus, zat empedu ini mengalami proses oksidasi menjadi urobilin yang berwarna kuning, sehingga warna feses dan urin menjadi kekuningan.

Nah, sampai saat ini belum ada satu organ pun yang mempunyai fungsi selengkap hati. Bahkan belum ada organ buatan yang mampu menggantikan fungsi hati. Sehingga, pasien dengan kerusakan fungsi hati, banyak yang berujung pada kematian..

Detoksifikasi Racun

Istilah detoksifikasi sudah sering terdengar saat ini. Namun hampir semaunya berhubungan dengan herbal. Padahal dalam tubuh manusia ada sebuah organ yang mempunyai fungsi sebagai alat detoksifikasi atau detoksifikator.. Organ ini memiliki mekanisme detoksifikasi yang mengeluarkan racun-racun dari dalam tubuh. Nah, Liverlah yang berfungsi sebagai pusat detoksifikasi alamiah yang mampu menetralisasikan semua racun di dalam tubuh, dimana hati selalu melakukan proses detoksifikasi setiap hari. Jadi, detoksifikasi adalah sebuah usaha untuk membersihkan tubuh dengan menghilangkan racun yang mengendap dalam tubuh.

Tubuh kita adalah kuburan racun. Di zaman modern ini kira-kira ada 80 ribu jenis racun yang masuk ke tubuh lewat makanan, minuman dan udara yang kita hirup setiap detiknya.

Racun ini ada yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri, dan dibuat oleh tubuh sendiri dan merupakan hasil olahan dari fungsi tubuh. Ada pula racun yang berasal dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman dan uadara yang kita hirup. Diperkirakan setiap tahun ada 2.000jenis zat kimia baru buatan manusia yang masuk ke tubuh. Lebih mengerikan lagi, diperkirakan80 ribu zat kimia sudah telanjur masuk ke dalam tubuh.Kebanyakan racun yang menumpuk dalam tubuh kita berasal dari gaya hidup, terutama kebiasaan mengonsumsi makanan olahan. Makanan jenis ini mengandung zat-zat artifisial,pengawet, penstabil, pewarna, perasa, lemak trans yang sangat berbahaya.

Bila racun-racun inididiamkan begitu saja, lambat laun, sedikit demi sedikit akan terjadi pengendapan dan sangatmembahayakan kesehatan tubuh manusia. Racun yang menumpuk di dalam tubuh, dapatmenyebabkan tubuh mudah lelah, mudah jatuh sakit, wajah sayu dan kulit kusam.Sebenarnya tubuh sudah memiliki sistem sendiri untuk membersihkan diri dari racun.Jika sistem dalam tubuh bekerja secara optimal, tentu saja racun yang indekos itu jumlahnya

Pada dasarnya sel-sel hati memiliki 2 cara utama didalam melakukan detoksifikasi yang dikenal dengan jalur detoksifikasi Phase 1 dan 2.

Yang pertama disebut  Jalur detoksifikasi fase-1. Disini zat racun dalam tubuh dirubah menjadi zat tidak berbahaya dengan bantuan enzim Cytochrome P-450. Selama proses ini, dihasilkan suatu sampah yang berupa radikal bebas, dimana bila jumlahnya berlebihan akan merusak sel-sel hati. Oleh karena itu sangat diperlukan zat antioksidan (vitamin C, E , beta karotin, dll) untuk mengurangi kerusakan akibat radikal bebas. Vitamin seperti riboflavin, niacin, dan mineral seperti magnesium, besi dan seng dapat mendukung aktifitas sistem enzim pada phase ini. Sistem enzim P-450 dapat rusak bila racun yang masuk kedalam tubuh sangat banyak sehingga melebihi kemampuan merubah.

Yang kedua disebut Jalur detoksifikasi  fase-2.
Disini, ke dalam zat-zat beracun,  oleh hati akan ditambahkan zat lain seperti (cysteine, glycine atau molekul sulfur) untuk dirubah menjadi zat yang tidak berbahaya sehingga larut air dan dengan mudah dikeluarkan dari dalam tubuh melalui cairan seperti cairan empedu atau urin. Asam amino seperti taurine dan cysteine, glycine, glutamine, dan vitamin seperti choline dan inositol dibutuhkan untuk meningkatkan daya detoksifikasi. Glutation sebagi antioksidan dan pelindung hati juga dibutuhkan untuk mendukung sistem enzim yang diperlukan dalam phase ini.

Apabila racun sangat banyak, sehingga jalur detoksifikasi phase 1 dan phase 2 menjadi terbebani, maka toksin akan menumpuk di dalam tubuh. Kebanyakan dari toksin ini adalah larut dalam lemak dan dapat tersimpan selama bertahun-tahun atau bahkan selamanya. Otak manusia dan kelenjar endokrin (hormon) adalah organ yang mengandung lemak dan menjadi lokasi favorit bagi akumulasi toksin larut dalam lemak. Hal inilah kenapa seseorang dengan banyak toksin di tubuhnya akan terganggu otak dan hormonnya. Sehingga menimbulkan gejala terganggunya fungsi otak dan ketidakseimbangan hormonal seperti kemandulan, nyeri payudara, gangguan menstruasi, kelelahan kelenjar adrenal dan menopause dini, bahkan menjadi kanker.

Hati yang rusak

Hati yang normal halus dan kenyal bila disentuh. Ketika hati kemasukan panyakit (terinfeksi), maka  hati menjadi bengkak. Sel hati mulai mengeluarkan enzim alanin aminotransferase ke darah. Dengan diperiksa darah di laboratorium akan diketahui apakah hati sudah rusak atau belum. Bila kadar enzim tersebut lebih tinggi dari normal, itu adalah tanda hati mulai rusak. Sewaktu berat penyakitnya, semakin tinggi kadar enzimnya.

Setelah membengkak, hati mencoba memperbaiki diri dengan membentuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini disebut “fibrosis”, yang membuat hati menjadi keras dan lebih sulit melakukan fungsinya. Sewaktu kerusakan berjalan, semakin banyak parut terbentuk dan mulai menyatu, dalam tahap selanjutnya disebut “sirosis”.

Bila kerusakan berulang dan terus menerus, maka daerah di hati yang rusak dapat menjadi menetap dan  menjadi borok. Darah tidak dapat mengalir dengan baik pada jaringan hati yang rusak. Hati mulai menciut dan menjadi keras. Umumnya penyakit Hepatitis C kronis biasanya akan menyebabkan kerusakan seperti ini, seperti juga pada para peminum alkohol.

Karena sirosis bertambah parah, maka hati tidak dapat menyaring kotoran, racun, dan obat yang ada dalam darah. Hati tidak lagi dapat memproduksi zat-zat pembeku darah  untuk menghentikan pendarahan sehingga orang tersebut mudah terjadi perdarahan Cairan tubuh akan terbentuk dan menumpuk pada perut dan kaki sehingga perut menjadi buncit dan kaki bengkak, dan biasanya fungsi mental menjadi lambat. Bila keadaan ini sudah terjadi maka tidak ada harapan sembuh baginya.

Peran Bekam dalam menjaga fungsi hati

Karena hati mempunyai peranan yang sangat penting, maka menghindari zat zat beracun dalam tubuh  mutlak diperlukan. Di samping itu, organ hati perlu ditingkatkan daya kerjanya dan diperbaiki bila ada kerusakan yang belum permanen dengan menstimulasi sel-sel  hati. Bekam adalah suatu pengobatan dengan cara membantu hati mengeluarkan sampah-sampah metabolit (biasanya disebut darah kotor) sisa proses detoksifikasi, juga bekerja dengan cara menstimulasi sel sel hati agar lebih aktif dan produktif dalam bekerja.

Titik hati di tubuh bagian belakang merupakan tempat yang baik untuk menjaga fungsi hati. Titik tersebut berada di punggung, kiri dan kanan tulang belakang. Tepatnya terletak sejajar dengan ujung bagian bawah tulang belikat, agak ke bawah, diantara ujung tulang rusuk (toraks) 9-10,   tepat di kanan kiri ruas tulang belakang.


Selain itu bisa dilakukan bekam di titik  “the door of hope”, yang disebut titik pintu harapan. Titik ini terletak di perut, dari pusar agak keluar, ke kiri atas, atau ke kanan atas. Tepatnya terletak pada  pada sela iga ke-7 sepanjang garis susu. Di bawah ulu hati ke samping luar, sepanjang garis puting susu.

0 komentar:

Posting Komentar